Jumat, 13 November 2015

LAPORAN KUNJUGAN BENTENG VREDEBURG YOGYAKARTA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat yang dilimpahkan sehingga Laporan hasil kunjungan ke museum perjuangan sebagai tugas pengganti Mid semester mata kuliah Pancasila tahun 2015 ini dapat selesai tepat waktu.
Karya tulis ini dilengkapi dengan gambar-gambar dan informasi dari obyek-obyek yang telah kami kunjungi. Sebagai tanda bukti bahwa saya telah mengunjungi museum tersebut.
Upaya penyusunan acara ini tidak lepas dari bantuan dan arahan dari berbagai pihak, maka kami mengucapkan terimakasih kepada:
1.      Bapak Arqom Kuswajono selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila
2.      Teman-teman Jurusan Sosiologi 2015 yang bersama-sama mengunjungi museum.
Dalam penulisan Laporan ini saya menyadari masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu dibutuhkan kritik dan saran, demi kesempurnaan laporan ini. Mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat untuk semua pihak



















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................    1
DAFTAR ISI..................................................................................................................................... 2
BAB I             PENDAHULUAN...............................................................................................      3
A.     Latar belakang................................................................................................ 3
BAB II                        PEMBAHASAN..................................................................................................      4
A.    Sejarah berdirinya museum benterng Vredeburg .....................................            4
B.     Diorama 1........................................................................................................     5
C.     Diorama 2........................................................................................................     9
D.    Diorama 3........................................................................................................     12
E.     Diorama 4.......................................................................................................... 15
BAB III          PENUTUP.............................................................................................................. 16
A.     Kesimpulan........................................................................................................ 16
LAMPIRAN....................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................... 20
.










PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Dosen mata kuliah Pancasila memberikan tugas untuk mengunjungi museum perjuangan dan membuat laporan hasil kunjungan sebagai pengganti mid semester. Diharapkan dengan mengunjungi museum perjuangan tersebut dapat mengungkapkan rasa nasionalisme pada jaman perjuangan dulu dan juga mampu menumbuhkan nasionalisme bagi orang yang mengunjungi museum tersebut khususnya generasi penerus bangsa.
Saya memilih mengunjungi museum Benteng Vredeburg Yogyakarta karena didalamnya dilengkapi dengan minirama-minirama untuk menggambarkan adegan sejarah perjuangan para pejuang bangsa ketika melawan penjajah dulu. Pada dasarnya memang museum benteng Vredeburg memiliki dua fungsi yaitu sebagai rekreasi sekaligus tempat pendidikan. Informasi tentang kesejarahan, kebudayaan dan nilai-nilai luhur kejuangan disampaikan kepada generasi muda dalam nuansa edutainment, yang berasal dari kata education dan entertainment.











PEMBAHASAN
Museum Benteng Vredeburg terdiri dari beberapa bangunan yang terspisah. Ada banyak fasilitas juga yang disediakan untuk para pengunjung. Diantaranya adalah fasilitas ruangan menonton film sejarah. Ruangan di tata layaknya sebuah bioskop mini yang nyaman. Hal tersebut bisa menjadi salah satu hal yang menarik minat pengunjung yang ingi menonton film dokumntasi sejarah jaman penjajahan dahulu. Selain itu terdapat bangunan-bangunan yang merupakan diorama-diorama yang didalamnya terdapat minirama-minirama yang menggambarkan kejadian bersejarah. Minirama-minirama tersebut bisa memberikan pengetahuan bagaimanakah situasi dan kondisi perjuangan para pejuang jaman dahulu. Setiap minirama dilengkapi dengan dokumen didalam kaca sebagai penjelasan kejadian dalam minirama tersebut. terdapat pula lukisan, foro, patung para pahlawan dan benda-benda bersejarah lainnya.
A.    Sejarah berdirinya museum benteng vredeburg
Museum Benteng Vredeburg adalah salah satu museum perjuangan yang ada di Yogyakarta. Terletak di kawasan nol kilometer pusat kota Yogyakarta. Latar belakang sejarah Kota Yogyakarta baik sebagai ibukota Kasultanan Yogyakarta dan ibukota NKRI tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Benteng Vredeburg. Museum tersebut sangat cocok sebagai tempat wisata khususnya masyarakat Indonesia sendiri supaya mengetahui gambaran sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Dengan mengunjungi museum benteng Vredeburg diharapkan mampu memunculkan rasa nasionalisme bagi generasi penerus bangsa. Oleh karena itu museum benteng vredeburg sampai saat ini masih tetap dijaga kelestariannya dan tetap dirawat dengan baik, karena memiliki peran penting sebagai tempat pendidikan bagi negara.
Museum benteng Vredeburg dikelilingi oleh bangunan-bangunan kuno peninggalan jaman Belanda seperti Gedung Agung (bekas rumah residen), gereja Ngejaman (GPIB Margamulya), bekas Senisono (menyatu dengan Gedung Agung), kantor BNI 1946, kantor Pos, kantor Bank Indonesia dan Societeit Militaire. Benteng vredeburg dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwana I atas permintaan pihak Belanda yang daat itu dipimpin oleh Nicholaas Harting yang menjabat sebagai Gubernur Direktur Pantai Utara Jawa pada tahun 1760. Pihak Belanda meminta Benteng ini dibangun untuk menjaga keamanan keraton, tetapi sebenarnya tujuan utamanya yaitu untuk memudahkan pengawasan pihak Belanda sendiri terhadap segala kegiatan yang dilakukan pihak keraton Yogyakarta. Pertama dibangun benteng tersebut masih sangat sederhana temboknya pun hanya terbuat dari tanah, tiang-tiangnya terbuat dari kayu pohon kelapa dan aren, dan atapnya pun hanya terbuat dari ilalang. Bangunan tersebut dibangun dengan bentuk bujur sangkar yang di keempat ujungnya dibangun seleka atau bastion. Oleh Sri Sultan HB IV, keempat sudut itu diberi nama Jaya Wisesa (sudut barat laut), Jaya Purusa (sudut timur laut), Jaya Prakosaningprang (sudut barat daya), dan Jaya Prayitna (sudut tenggara).
Pada tahun 1767 atas perintah gubernur Belanda yang bernama W.H Ossenberg benteng Vredeburg dibangun lebih permanen dengan alasan supaya keamanan keraton lebih terjamin. Proses pembangunan tersebut cukup lama yaitu memakan waktu 20 tahun, selesai pada tahun 1787 dibawah pengawasan arsitek Belanda bernama Ir. Frans Haak. Nama benteng Vredeburg kemudian diganti dengan nama Rustenburg yang artinya “peristirahatan”. Akan tetapi benteng itu runtuh pada tahun 1867 ketika terjadi gempa yang hebat di Yogyakarta. Kemudian setelah runtuh dibangun kembali dan berganti nama menjadi “Vredeburg” yang artinya perdamaian. Pemabngunan tersebut dianggap sebagai simbiol perdamaian antara Belanda dengan Keraton.
Secara historis, sejak awal pembangunan hingga saat ini, terjadi beberapa kali perubahan status kepemilikan dan fungsi benteng. Namun sejak tahun 1992 sampai sekarang, berdasarkam SK Mendikbud RI Prof. Dr. Fuad Hasan No. 0475/0/1992 tanggal 23 November 1992, secara resmi Museum Bneteng Vredeburg menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg Yoyakarta. Kemudian tanggal 5 September 1997, dalam rangka peningkatan fungsionalisasi museum, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mendapat limpahan untuk mengelola museum Perjuangan Yogyakarta di Brontokusuman Yogyakarta berdasarkan SK Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: KM. 48/OT. 001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003.

B.     Diorama 1
Didalam diorama 1 Terdapat  11 minirama yang  menceritakan sejarah tentang perjuangan Pangeran Diponegoro melawan penjajah, lahirnya Budi Utomo, lahirnya Sumpah pemuda, Kongres Perempuan Indonesia I, Kongres Jong Java di Yogyakarta, Berdirinya Tamansiswa, penobatan Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan masuknya bala tentara Jepang ke Yogyakarta.
1.      Minirama perjuangan Pangeran Diponegoro
Terdapat minirama yang menggambarkan perjuangan pageran Diponegoro dengan kawan-kawannya. Mereka berkumpul di goa Selarong dusun Kembang Putihan desa Guwosari kecamatan Pajangan kabupaten Bantul Yogyakarta tanggal 21 Juli 1825. Pada saat itu Belanda mengepung rumah pangeran Diponegoro sehingga ia dan teman-temanya diantaranya ada pangeran Mangkubumi, Pangeran Adinegara, Pangeran Panular, Adiwinata Suryadipura, Blitar, Pangeran Rangga Ngabehi Mangunharjo, Pangeran Surenglaga dan Kyai Mojo,kabur ke goa Selarong. Pasukan Belanda tersebut dipimpin oleh asisten Residen Chevallier.Di goa tersebut pangeran Diponegoro memerintahkan kawan-kawannya  memimpin mobilisasi rakyat di daerah Selarong untuk bersiap-siap berperang. Selain itu membahas mengenai taktik yang akan diambil untuk menyerang penjajah. Disitu juga terlihat kesetiaan dari kawan-kawan pangeran Diponegoro yang selalu mengikutinya. Selama berdiam di goa tersebut pun pihak Belanda telah menyerang tiga kali. Pertama, pada tanggal 25 Juli 1825 dipimpin Kapten Bouwes. Kedua, pada bulan September dibawah pimpinan Mayor Sellwinj dan Letnan Kolonel Achenbach. Ketiga, 4 November 1825.

2.      Minirama kongres Boedi Oetomo I
Satu minirama juga menceritakan terjadinya kongres Boedi Oetomo I di Yogyakarta. Lokasi kongres berada di ruang makan Kweekschool Yoryakarta yang sekarang menjadi SMU 11 terletak di jalan Sangaji Yogyakarta. Kongres tersebut terjdi pada tanggal 3 sapai 5 Oktober 1908. Didalam minirama tersebut terlihat adegan Sutomo seorang pengajar STOVIA sedang menyampaikan gagasannya pada saat Konggres I Boedi Oetomo yang dipimpin Dr.wahidin Soedirohoesodo. Kongres ini menhasilkan 3 keputusan penting, yaitu :
·         Tujuan perkumpulan adalah mengusahakan kemajuan yang selaras untuk negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, perdagangan, teknik, industri dan kebudayaan.
·          Menetapkan pengurus besar yaitu RTA. Tirto Koesoemo (bupati Karang Anyar saat itu) dan wakil Dr. Wahidin soedirohoesodo.
·         Menetapkan Yogyakarta sebagai pusat perkumpulan Boedi Oetomo.
Pada awalnya ruangan yang dijadikan diorama 1 adalah bekas perumahan Perwira Selatan I. Sebelum dipugar, bangunan ini terdiri dari teras depan, bangunan utama dan teras belakang. Setelah dipugar, teras depan berubah menjadi ruang depan. Ini diperkirakan dipergunakan untuk perumahan prajurit atau perwira yang sudah menikah.

3.      Minirama kedatangan Jepang ke Indonesia
Minirama tersebut menggambarkan Jepang yang datang ke Indonesia, rakyat menyambutnya dengan baik karena Jepang menyuarakan semboyannya 3A yaitu Jepang pemimpin Asia, Jepang cahaya Asia dan Jepang pelindung Asia. Pada masa kependudukannya Jepang memiliki kesatuan polisi rahasia yang terkenal yaitu kempetai. Kempetai merupakan kesatuan polisi Jepang yang ditempatkan ke seluruh wilayah Jepang termasuk di wilayah jajahan. Kempetai terkenal karena kedisiplinan dan kekejamannya.

4.      Minirama penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono
Penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dilaksanakan di Bangsal Manguntur Tangkil, Siti Hinggil Kraton Kasultanan Yogyakarta. Dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 1940. Didalam minirama tersebut terlihat adegan Sri Sultan Hamengkubuwana IX didampingi gubernur Belanda Lucian Adam menerima penobatan sebagai Sultan di Kasultanan Yogyakarta. Sri Sultan Hamengkubuwana VIII yang telah meninggal pada 22 Oktober 1939 sehingga terjadi kekosongan kekuasaan di Kasultanan Yogyakarta oleh karena itu dilakukan penobatan. Pengganti Sri Sultan HB VIII adalah salah satu anaknya yang bernama G.R.M Dorojatun. Penobatan dilakukan dengan memahkotai Sri Sultan yang baru. Kemudian G.R.M Dorojatun resmi menjadi putra mahkota dengan gelar Samapeyan Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senapati Ingalaga Ngadurrakhman Sayidin Panatagama Khalifatullah Kaping IX.

5.      Minirama kongres Jong Java
Kongres Jong Java dilaksanakan di rumah Joyodipuran di jalan Kintelan 139 sekarang ini menjadi Jalan Brigjen Katamso 23 Yogyakarta. Kongres tersebut dilakukan tanggal 25 sampai 31 Desember 1928. Didalam minirama tersebut menggambarkan pelasanaan kongres Jong Java. Sebenarnya Jong Jawa nama awalnya adalah Tri Koro Dharmo. Perkumpulan tersebut lahir pada tanggal 7 Maret 1915 di gedung STOVIA Jakarta. Lalu baru kemudian tahun 1918 berubah nama menjadi Jong Java. Dalam kongres tersebut membahas tentang Jong Java yang akan melebur menjadi satu dengan organisasi kaum muda lainnya dengan kemudian membentuk organisasi baru lagi. Kemudian organisasi itu terealisasikan dengan lahirnya organisasi pemuda dan melahirkan sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928.

6.      Minirama kongres Perempuan Indonesia Pertama
Kongres Perempuan Indonesia Pertama dilaksanakan tanggal 22-25 Desember 1928 di rumah Joyodipuran di jalan Brigjen Katamso 23 Yogyakarta yang dipimpin oleh Ny. Sukonto. Diadakannya kongres tersebut atas usulan dari Ny.Sukonto, Nyi Hajar Dewantara, Nn. Sujatin. Kongres tersebut dihadiri 1000 orang walil dari 30 organisasi perempuan Indonesia. Kongres tersebut menghasilkan keputusan antara lain mendirikan federasi bersama (PPPI) Perserikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia, menerbitkan surat kabar, mendirikan Studei Fonds, memperkuat pendidikan kepanduan putri dan mencegah perkawinan anak. Dari situ kita sebagai generasi penerus khususnya para wanita Indonesia melihat bisa mengambil pelajaran penting yaitu pada jaman penjajahan para wanita Indonesia sudah memiliki semangat nasionalisme yang tinggi. Seharusnya perempuan sekarang bisa lebih peduli lagi dan memiliki andil yang lebih besar dalam memajukan Indonesia.

7.      Minirama sejarah berdirinya Taman Siswa
Ki Hajar Dewantara dilahirkan di Yogyakarta 2 Mei 1898 dengan nama Soewardi Soerjadiningrat. Lahir dari pasangan Raden Ayu Sandiah dan Kanjeng Pangeran Ariya(KPA)Soerjadiningrat. Kedua orang tuanya adalah bangsawan pura Pakualaman Yogyakarta. Secara garis keturunan (KPA) Kanjeng Pangeran Ariya Soerjadiningrat ayah dari Ki Hajar Dewantara adalah putra dari Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ariya(KGPAA) Paku Alam III.
Pendidikan Ki Hadjar Dewantara diawali dnegan mengikuti sekolah dasar ELS(Sekolah dasar Belanda) kemudian sekolah di STOVIA(sekolah dokter Bumiputera) akan tetapi ia tidak menamatkannya. Nama Ki Hadjar Dewantara adalah nama julukan yang diberikan oleh R.M Soetatmo Soerjokoesoemo karena ia melihat kehebatan dari Soewardi Soerjadiningrat. Baru kemudian pada tanggal 23 Februari 1928 secara resmi Soewardi Soerjadiningrat mengganti namanya menajdi Ki Hadjar Dewantara dan istrinya Soetartinah pun juga berganti nama menjadi Nyi Hadjar Dewantara.
Ki Hadjar Dewantara mengajukan gagasannya pada tanggal 3 Juli 1922 supaya didirikan Nasional Onderwijs Instituut Taman Siswa. Gagasan tersebut diajukan di sebuah kongres di jalan Tanjung nomor 32 yang sekarang ini adalah Jalan Gadjah Mada no 32 Yogyakarta. Taman Siswa lahir sebagai jawaban atas kondisi pendidikan lebih banyak berorientasi pada kepentingan Belanda. Hal tersebut mengilhami Ki Hadjar Dewantara mendirikan Nasional Onder Wijs Instituut yang berdiri tanggal 3 Juli 1922. Taman Siswa terkenal dengan sistem among praja yang mendasarkan pada dua landasan pokok yaitu kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir batin serta kodrat alam sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya.

C.    Diorama 2
Terdiri dari 19 minirama yang menggambarkan peristiwa sejarah Proklamasi Kemerdekaan sampai dengan Agresi Militer Belanda di Indonesia. Dalam ruang pameran tetap ini berusaha menyajikan adegan peristiwa – peristiwa yang terjadi di Yogyakarta pada masa awal kemerdekaan sampai dengan terjadinya Agresi Militer Belanda II. Peristiwa yang disajikan dalam diorama ini terjadi pada periode saat ibukota negara dipindahkan dari Jakarta Ke Yogyakarta. Diorama – diorama tersebut antara lain :
1.      Minirama Sri Sultan HB IX memimpin rapat dalam rangka mendukung proklamasi kemerdekaan
Berita proklamasi kemerdekaan telah tersiar keseluruh penjuru negeri oleh kantor berita Domei Jakarta tanggal 17 Agustus 1945. Dua hari kemudian Sri Sultan HB IX mengundang memimpin rapat kelompok pemuda dalam rangka  mendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia. Golongan pemuda yang menghadiri rapat tersebut ada dari golongan agama, nasionalis, kepanduan dan keturunan Cina, kurang lebih jumlahnya 100 orang. Rapat dilakukan di Gedung Wilis, kepatihan Yogyakarta tanggal 19 Agustus 1945. Isi pertemuan tersebut intinya menghimbau para pemuda untuk menjaga keamanan dan tidak anarkis.

2.      Minirama Pelantikan Jendral Sudirman menjadi Panglima besar TNI
TKR dibentuk pada 5 Oktober 1945. Tanggal 1 Januari 1946 TKR diubah menjadi Tentara Keselamatan Rakyat. Selanjutnya pada tanggal 24 Januari 1946 bergantin menjadi TRI (Tentara Republik Indonesia). Tanggal 7 Januari 1947 keluarlah ketetapan presiden yang menyatakan bahwa mulai tanggal 3 Juni 1947 disahkan berdirinya Tentara Nasional Indonesia(TNI). Panglima TNI dijabat oleh Panglima Besar Angkatan Perang Jenderal Soedirman. Setelah TNI resmi berdiri kemudian pada tanggal 28 Juni 1947 di Istana Presiden Yogyakarta (Gedung Agung) Jenderal Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar TNI oleh Presiden Soekarno yang juga sertai dengan pelantikan pucuk pimpinan TNI yang lain.

3.      Minirama Penurunan bendera Hinomaru
Didalam salah satu minirama terdapat adegan yang menggambarkan peristiwa penurunan bendera Hinomaru. Kejadian tersebut terjadi pada tanggal 21 September 1945 di Gedung Agung Jl. A. Yani Yogyakarta para pemuda antara lain Salamet, Sutan Ilyas, Supardi, Rusli dan pemudi Siti Ngaisyah menurunkan bendera Hinomaru dan menggantinya dengan bendera Merah putih di atap gedung Cokan Kantai. Sebelum terjadi peristiwa penurunan bendera Hinomaru, rakyat bergerak menuju Balai Mataram (Senisono sekarang) untuk mengibarkan bendera Merah Putih. Ribuan rakyat Yogyakarta yang sebagian besar adalah pemuda pelajar telah berkumpul di depan Gedung Cokan Kantai dengan dikawal satu kompi pasukan Polisi Istimewa. Tanpa rasa takut sedikitpun, meskipun sebelumnya sempat dihalau pasukan tentara Jepang, 4 orang pemuda tersebut naik ke atas gedung dan menggantikan bendera Hinomaru dengan bendera Merah Putih. Saat itu pula bergema lagu Indonesia Raya, peristiwa ini kemudian dikenal dengan “Insiden Bendera di Cokan Kantai”.

4.      Minirama Pelucutan Senjata Jepang
Di daerah Gayam, Yogyakarta tanggal 23 September 1945 terjadi peristiwa pelucutan senjata terhadap Jepang yang dilakukan oleh polisi Istimewa dan rakyat dibawah pimpinan Oni Sastroadmodjo. Kejadian tersebut dipicu oleh tindakan Jepang sendiri yang melucuti senjata kesatuan Polisi Istimewa terlebih dahulu yang disimpan didalam gudang. Mengetahui hal tersebut Komandan kompi Polisi Istimewa melaporkan kejadian tersebut kepada komisaris polisi. Kemudian, komisaris polisi segera melakukan perundingan dengan pimpinan tentara Jepang, tetapi perundingan tersebut gagal. Akhirnya rakyat dan polisi pun mengambil tindakan sendiri dengan mengepung markas dan gudang senjata Jepang di Gayam dan dapat merebut kembali senjata tersebut.



5.      Minirama Hari berdirinya Gadjah Mada
Pada tanggal 19 Desember 1949 peristiwa peresmian Universitas Negri Gadjah Mada di Sitihinggil Kraton Yogyakarta. Di minirama tersebut terlihat Prof. Dr. Sardjito sedang menyampaikan pidatonya. Sebelum UGM berdiri telah banyak lembaga yang lebih dulu berdiri di Yogyakarta, Solo, dan Klaten. Komite yang dibentuk pada tanggal 20 Mei 1949 yang tugasnya membahas pendidikan tinggi di Indonesia memutuskan untuk menggabungkan semua lembaga pendidikan yang ada di Yogyakarta, Solo, dan Klaten. Perguruan tinggi yang ada di tiga kota tersebut menjadi satu dan bernama Universitas Gadjah Mada yang berkedudukan di Yogyakarta. Kemudian pada tahun 1954, nama Universiteit Negeri Gadjah Mada diubah menjadi Universitas Gadjah Mada.
Berdirinya Perguruan Tinggi Universitas Gadjah Mada yang terkenal sebagai universitas kerakyatan tidak lepas dari peran Prof. Dr. Sardjito yang merupakan tokoh pendiri dan rektor pertama UGM. Beliau bukan hanya sebagai tokoh pendidik akan tetapi seorang tokoh yang juga terlibat langsung dalam proses perjuangan bangsa Indonesia. Ketika masa penjajahan beliau terkenal sebagai ahli obat-obatan dan vitamin untuk tentara yang berjuang dan membantu pendirian pos kesehatan. Prof. Dr. Sardjito juga mendapatkan penghargaan dari pemerintah diantaranya anugerah Bintang Gerilya dan Bintang Mahaputra.
Didalam ruangan diorama 2 ini juga terdapat benda-benda asli koleksi dari Prof. Dr. Sardjito diantaranya terdapat jam tangan, pulpen,pensil,dasi,lencana-lencana dan juga berbagai macam penghargaan yang beliau dapatkan. Terdapat pula Toga kebesarannya yang selalu ia pakai dalam acara civitas akademika UGM tepajang rapi dilemari kaca yang tinggi.

6.      Minirama Kongres Pemuda di Yogyakarta
Alun-alun utara dan Balai Mataram Yogyakarta sekarang ini Senisono. 10-11 November 1945. Terlihat presiden Soekarno sedang berjalan menuju mimbar tempat diadakannya rapat raksasa pada kongres pemuda Indonesia di Yogyakarta. Pada tanggal 31 Oktober 1945 di Balai Mataram Yogyakarta diadakan rapat yang dihadiri oleh perwakilan pemuda dari Jakarta.Bandung, Surabaya dan staf kementrian penerangan. Rapat tersebut mengasilkan kesepakatan bahwa tanggal 10-11 November yang akan datang akan diadakan Kongres Pemuda Indonesia bertempat di Balai Mataram. Upacara pembukaan Kongres Pemuda Indonesia diadakan di Alun-alun Utara Yogyakarta tanggal 10 November 1945. Kongres tersebut diketuai oleh Chaerul Saleh dan dihadiri oleh perwakilan dari 30 organisasi pemuda seluruh Indonesia yang jumlahnya sekitar 332 orang.
Di ruangan diorama 2 ini juga terdapat patung ibu Fatmawati yang sedang menajahit bendera pusaka kebesaran Indonesia, bendera Merah Putih. Ibu Fatmawati adalah istri dari presiden Soekarno. Bendera Merah Putih meniru desain bendera Majapahit abad ke 13, yang terdiri dari sembilan garis bewarna merah dan putih tersusun secara bergantian. Bendera Pusaka terdiri dari dua warna yaitu merah berada diatas dan putih berada dibawah dengan perbandingan 2:3. Warna merah melambangkan keberanian dan putih melambangkan kesucian. Bendera Merah Putih pertamakali dinaikkan pada saat pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timu nomor 56 Jakarta. Bendera tersebut dinaikkan pada tiang bambu oleh pengibar bendera yang dipimpin oleh Kapten Latief Hendraningrat. Setelah dinaikkan kemudian dinyanyikan secara bersama-sama lagu kebangsaan Indonesia yaitu Indonesia Raya.
Terdapat pula mesin cetak Heidelberg, yaitu mesin cetak dari koran Kedaulatan Rakyat yang merupakan koran revolusi. Koran tersebut bukan merupakan milik salah satu golongan, agama, atau partai politik. Pada awal kelahiran koran ini terdapat berbagai rintangan dan cobaan. Namu tidak menyurutkan semangat para perintis koran tersebut untuk bisa tetap menerbitkan korannya. Tenagan kerja dalam pembuatan koran tersebut masih sangat terbatas sehingga satu orang bisa saja merangkap dua atau tiga pekerjaan. Mesin cetak Heidelberg adalah salah satu mesin cetak yang digunakan yang memiliki kemampuan mencetak seribu eksemplar setiap jamnya. Mesin cetak lain yang juga digunakan yaitu mesin cetak Snelpres(untuk cetak) dan Intertype untuk pracetak.

D.    Diorama 3
      Ketika masuk ke ruangan diorama 3 kita disambut dengan lukisan pahatan besar didinding yang terbuat dari kayu. Lukisan tersebut sangat indah dan memiliki bentuk yang bagus. Lukisan tersebut menggambarkan tentang keadaan rakyat Indonesia dulu ketika pada jaman penjajahan. Didalam diorama 3 terdapat 18 minirama yang menggambarkan peristiwa sejak adanya Perjanjian Renville 1948 sampai pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat tanggal 27 Desember 1949.
      Selain minirama juga terdapat benda-benda bersejarah yang di pajang didalam kaca. Benda-beda bersejarah diantaranya ada peralatan makan Bapak Soemardjono. Bapak Soemarjono adalah salahsatu orang yang rumahnya ditumpangi para pejuang Indonesia ketika terjadi Agresi Militer Belanda. Peralatan makan tersebut digunakan para pejuang bangsa ketika menumpang di rumah bapa Soemardjono. Rumah tersebut berlokasi di Krenen, Banaran, Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta.
      Ketika itu terjadi Agresi militer Belanda pada tanggal 19 Desember 1945 pukul enam pagi pasukan Belanda melakukan pengeboman lapangan terbang Maguwo dan akhirnya lapangan tersebut pun jatuh ketangan Belanda. Hampir seluruh pangkalan udara jatuh kepada Belanda, kecuali pangkalan udara di Aceh. Segera kemudian dilakukan penyelamatan terhadap barang-barang milik Angkatan Udara Republik I ndonesia(AURI). Salahsatunya adalah alat komunikasi AURI yang dahulu terletak di jalan Terban Taman Yogyakarta kemudia dipindahkan ke lapangan Gading Wonosari.
      Alat komunikasi tersebut kemudian disimpan di salah satu rumah warga yang bernama Pawirosetomo di Bleberan, Banaran, Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta. Dirumah itu alat komunikasi tersebut disimpan didalam dapur. Sedangkan mesin pembangkit listrik disimpan di tungku tanah dan ditutupi dengankayu bakar(ada juga yang bilang disimpang dilubang tanah dan ditutupi lesung atau tempat menumbuk padi). Antena hanya dipasang pada malam hari saja direntangkan diantara dua batang pohon kelapa saat dilakukannya siaran supaya tidak ketahuan Belanda. Semua itu bisa dilakukan juga dengan dorongan dan bantuan penduduk setempat. Hingga berita tentang perjuangan bangsa Indonesia dari berbagai daerah bisa tersiar bahkan keberhasilan perjuangan bangsa bisa sampai keluar negeri. Salah satu berita yang berhasil disiarkan adalah keberhasilan dari serangan umum 1 Maret 1949 ke seluruh dunia. Siaran tersebut dilakukan pukul dua dini hari tanggal 2 Maret 1949 dan beritanya bisa sampai keseluruh jaringan radio AURI dan bahkan sampai ke PBB.
      Benda lain yang terpajang di diorama 3 ini antara lain ada kentongan pada saat itu kentongan menajdi sarana yang efektif digunakan sebagai penyiar situasi pada waktu Belanda berhasil menguasai Yogyakarta tahun 1948. Ada juga hal yang menarik perhatian yaitu adanya komputer yang besar yang terpajang didinding yang bisa kita gunakan untuk bermain games. Namun games tersebut masih berkaitan dengan hal-hal tentang perjuangan bangsa Indonesia. Hal tersebut juga sangat menarik sekali bagi pengunjung yang datang. Terdapat pula Ruangan khusus ketika kita akan meninggalkan diorama 3 yaitu ruangan yang sempit dan terdapat patung-patung yang beradegan penangkapan para pejuang bangsa terhadap pasukan penjajah. Di ruangan tersebut seolah-olah seperti kejadian nyata yang bisa membuat pengunjung seperti merasakan kejadian yang sebenarnya. Hal tersebut tentunya juga salah satu yang menjadi faktor penarik museum untuk dikunjungi.
      Di salah satu minirama menggambarkan kejadian di Desa Banaran, Banjarharjo, Kulon Progo tahun 1948 – 1949 yaitu suasana dapur umum markas gerilya. Ketika itu Belanda berhsil melakukan Agresi Militernya yang kedua di Yogyakarta. Rakya pun berbondong-bondong mengungsi. Kebanyakan rakyat yang mengungsi adalah rakyat yang tinggal di sebelah timur Sungai Progo yang kemudian pindah ke arah barat seungai tersebut. daerah tersebut menjadi padat pengungsi oleh karena itu dibutuhkan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan logistik mereka. Dapur umum tersebut berada dirumah bapak Kariyo Utomo.
      Terdapat pula minirama yang menggambarkan kejadian serangan umum 1 Maret 1949. Di minirama tersebut terlihat pasukan gerilyawan TNI serta para pejuangan lain mengadakan serangan terhadap Hotel Tugu. Serangan umum ini adalah bentuk reaksi atas pernyataan Belanda yang menyatakan bahwa RI dan TNI sudah hancur. Serangan ini memilih watu siang hari karena pada waktu itu Sultan HB IX berfikir bahwa serangan ini harus mempunyai dampak internasional secara luas dan dipilihlah waktu siang hari karena dianggap mampu memberika nilai politis yang mempengaruhi jalannya sidang di DK PBB. Tujuan dari serangan tersebut adalah:
·         Tujuan politik
            Untuk mendukung perjuangan perwakilan RI di DK PBB melawan Belnda yang menyatakan bahwa TNI sudah hancur dan Yogyakarta sudah kembali normal.
·         Tujuan psikologis
            Untuk mengobarkan semangat juang rakyat dan TNI. Memberikan kepercayaan kepada rakyat bahwa TNI masih tetap setia pada tugasny dan terus gigih berjuang menghalau musuh.
·         Tujuan Militer
Sebagai sarana pembuktian kepada dunia internasional bahwa TNI masih tetap ada dan utuh. Sekaligus membuktikan bahwa keberadaan Belanda di Yogyakarta itu tidak sah.


E.     Diorama 4
            Terdiri dari 7 buah minirama yang menggambarkan peristiwa sejarah pada saat  periode Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai pada Masa Orde Baru. Di ruang ini tidak terlalu banyak diorama yang ditampilkan seperti di diorama lainnya. Salah satu minirama menggambarkan adegan Presiden Soekarno membuka Konferensi Tingkat Menteri pada tanggal 11 November 1959 dalam rangkaian Konferensi Rencana Colombo XI. Yogyakarta di pilih menjadi tempat diselenggarakannya Konferensi tersebut. alasan memilih Yogyakarta dikarenakan Yogyakarta telah berhasil melaksanakan konferensi internasional sebanyak dua kali. Diantaranya Internasional Rubber Study Group Conference bulan Juli 1957 dan ECAFE Conference bulan Oktober 1957. Konferensi tersebut akan dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober sampai denagn 14 November 1959. Masalah kepanitiaan mendapatkan bantuan tenaga dari para mahasiswa UGM yang berada di Sekip dan Bulaksumur.




















PENUTUP

A.    Kesimpulan
      Museum Benteng Vredeburg adalah museum perjuangan yang ada di Yogyakarta yang sanat cocok diguanakan sebagai sarana pendidikan dan juga rekreasi. Museum tersebut dibangun pada pemerintahan Belanda di Yogyakarta dengan tujuan sebenarya adalah untuk mengawasi kegiatan Kraton Yogyakarta sendiri. Museum tersebut sudah beberapa kali mengalami renovasi bahkan pernah rubuh karena gempa besar di Yogyakarta. Namun sampai sekarang museum benteng Vredeburg tetap dijaga selalu kelestariannya karena memiliki peran penting bagi negara. Didalam museum tersebut terdapat fasilitas-fasilitas seperti ruang menonton film perjuangan dan juga diorama-diorama yang didalamnya terdapat minirama-minirama dalam kaca yang menggambarkan adegan bersejarah ketika jaman perjuangan melawan penjajah dulu. Selain itu terdapat pula benda-benda bersejarah yang dipajang di dalam kotak kaca seperti kentongan, benda-benda koleksi para pejuang serta foto-foto dan lukisan bersejarah lainnya.
      Dengan mengunjungi museum perjuangan Benteng Vredeburg ini diharapkan mampu menggambarkan rasa nasionalisme para pejuang jaman dulu dalam meraih kemerdekaan dan juga dapat menumbuhkan rasa nasionalisme bagi para penerus bangsa yang mengunjungi museum tersebut. Dengan tumbuhnya rasa nasionalisme yang tinggi diharapkan ada tindakan nyata generasi penerus bangsa bukan lagi untuk merebut kemerdekaan akan tetapi dalam hal memajukan bangsa Indonesia.

1 komentar: